hikmah
Pengalaman
perjalanan hidup
#42 Nilai Sebuah Kejujuran
Friday, May 23, 2014
Assalamu’alaikum.
Alhamdulillah. Entah kenapa rindu sekali rasanya kalau tidak nulis dan kemudian memostingnya di blog. Kira-kira sudah hampir satu bulan rasanya tidak aktif lagi ngeblog disebabkan kesibukan kampus yang kemudian menahan gerak hobi yang satu ini.
Oke. Jadi hari ini saya insyaAllah akan kembali meramaikan blog yang sudah mulai berdebu ini. Bismillah. Semoga bisa istiqomah dan memberikan inspirasi kepada siapapun yang membacanya.
Jadi hari ini saya ingin bercerita sedikit. Ya, hari jum’at kejadiannya. Waktu itu seperti biasa kuliah mulai jam 8 sampai jam 10.30. kemudian dilanjutkan lagi kuliah berikutnya sampai jam 12.00. Tentu dengan jadwal seperti itu akan memberikan dampak luar biasa kepada perut apabila tidak sarapan. Ya, rasa lapar yang membayangi.
Kebetulan kuliah pagi itu saya kebagian persentasi karena memang di mata kuliah tersebut semua mahasiswanya diharuskan mempersentasikan topik yang sudah diberikan oleh dosen. Alhasil persentasilah saya dengan perut yang keroncongan. Namun Alhamdulillah persentasi saya cukup berhasil walaupun teman-teman tidak tau saya kelaparan sekali waktu itu. Hhe
Setelah itu dilanjutkan kembali kuliah sampai jam 12.00. buru-buru saya keluar setelah dosen mengakhri perkuliahannya karena sebentar lagi Azan untuk shalat jum’at.
Benar ternyata. Baru saja pulang ke kos azan pun mulai berkumandang. Akhirnya bergegas meletakkan jaket, tas, dan kemudian langsung pergi ke masjid.
Setelah shalat jum’at karena memang rasa lapar yang semakin menjadi-menjadi akhirnya saya memberhentikan motor saya ke salah satu warung pecel dan makan disana.
Saya sebetulnya ingat kalau minggu lalu saya juga makan disini. Dengan berhutang. Tunggu, tapi bukan saya hutang karena gak ada duit tapi waktu memang tidak ada kembalian sehingga saya pun berhutang disana.
Saya mengingat-ingat kalau porsi yang saya makan hari ini sama dengan porsi yang saya makan minggu lalu. Pecel ditambah dengan teh hangat kira-kira 13.000 satu porsi. Berarti saya harus bayar 26.000 untuk melunasi hutang saya minggu lalu.
Akhirnya setelah menghilangkan rasa lapar dan mendatangkan rasa kenyang. Saya pun menghampiri penjual untuk membayarnya. Dan saya pun memberitahu kalau pecel minggu lalu yang saya makan masih belum bayar. Terlihat wajah bapak penjual itu tersenyum sambil mengatakan
“Iya kah?”.
“Bujuran ?” Beliau bertanya dengan senyum beliau yang masih melekat di wajahnya.
“Inggih Pa “ Jawab saya singkat sambil menyodorkan uang 50.000 untuk membayar pecel.
Akhirnya kali ini ada kembaliannya dan saya juga lega karena sudah membayar hutang minggu lalu. Untung masih punya umur, jadi masih bisa bayar hutang.
Akan tetapi saya terkejut setelah menerima kembaliannya sebesar 35.000 yang artinya saya hanya bayar 15.000 untuk 2 porsi pecel + teh hangat.
Bapak itu kemudian menjelaskan kepada saya kalau memang harganya segitu. Kembali sambil senyum yang masih melekat di wajah beliau. Dan saya pamit untuk pulang kekos dan kejadian itu menginspirasi saya untuk menulis kan hal ini disini.
Teman, yang namanya kejujuran itu pasti memberikan manfaat untuk kita. Bahkan tidak hanya manfaat untuk kita sendiri. Orang lain juga mendapatkan manfaat atas kejujuran kita.
Kejujuran memang sudah menjadi barang yang sangat langka. Entah ya memang begitulah faktanya. Tidak usah saya jelaskan disini juga kalian pasti akan tahu apabila melihat berita di koran maupun di televisi. Kini seperti kita berada pada kehidupan dongeng yang penuh sandiwara. Entah kejujuran mulai kehilangan momentum atau manusianya itu sendiri yang tidak menghargai yang namanya kejujuran.
Sudahlah. Kini saya juga ingin belajar jujur. Yah paling tidak akan terus saya praktekkan didalam kehidupan saya. Saya sudah merasakan dampak baiknya. Seperti yang saya ceritakan diatas tadi.
Nah, apakah kita masih berpikir mau jujur atau tidak? Jujurlah maupun itu pahit.
Wassalam.
0 comments
Terimakasih dah dibaca. semoga bermanfaat :)