­

#49 Ujian berupa harta

Entah kenapa seringkali aku atau kita iri dengan orang-orang yang fasilitasnya lebih baik daripada kita. Yang naik sepeda iri dengan yang ...

Entah kenapa seringkali aku atau kita iri dengan orang-orang yang fasilitasnya lebih baik daripada kita. Yang naik sepeda iri dengan yang naik motor. Yang naik motor iri dengan yang naik mobil. Punya Hp yang Cuma bisa sms dan telpon iri dengan orang yang telponnya lebih canggih.

Rasa iri itulah yang seringkali memotivasi kita untuk mencari bagaimana rasanya punya apa yang diirikan itu. Itulah yang sejatinya terus memenuhi pikiran kita. Hingga tak jarang melupakan apa-apa yang sudah kita punya.

Kalau kata orang, Orang itu kaya adalah orang punya banyak harta. Punya rumah mewah dilengkapi kolam renang. Punya mobil sport yang sangat mahal. Punya baju dengan mode terkini. Bisa beli ini dan itu dengan mudahnya. Tinggal gesek kartu disini maka apa yang diinginkan pun bisa langsung dibawa pulang.

Itu kalau kata orang. Kalau Rasul kita memberikan definisi yang lain. Kaya bukanlah dilihat dari harta. Namun kaya dilihat dari seberapa kuat dia punya jiwa yang tahan terhadap godaan dunia. Senantiasa bersyukur atas apa yang ada.  Terus memberi walaupun dia yang mesti memberi. Tidak meminta-minta namun dia lah yang menjadi teladan dalam memberi.

Tak ayal kita sering melihat orang yang punya banyak harta namun Ia tak bahagia. Hartanya membuat ia sibuk dengan pekerjaannya. Sehingga tidak punya waktu lagi untuk bercengkrama dengan keluarga. Tapi ada juga mereka yang tak punya banyak harta. Penghasilan mereka hanya cukup untuk makan sehari. Namun kebahagiaan terlukis di rona wajah mereka. Karena syukurnya terhadap Yang Maha Kuasa.

Itulah cobaan dunia berupa harta. Qarun pun tak luput dari kejamnya dunia. Ia merasa hartanya lah yang menaikkan derajatnya. Namun Ia tak sadar justru hartanyalah yang membuat ia jatuh kedalam jurang kekufuran. Harta memang tidak ada habisnya membikin masalah.

Oh dunia. Memang begitulah dirimu. Dirimu seperti wanita cantik namun sejatinya kamu tua. dirimu seakan-akan dapat memberikan kesenangan namun hanya kesenangan palsu dan bersifat sementara yang bisa kau berikan. Oh dunia. Entah sudah berapa banyak orang yang sudah engkau kelabui.


Kalau aku boleh iri. Aku kan iri kepada ia yang mampu memberi namun sejatinya Ia lah yang butuh. Ia yang bersyukur atas apa yang dimilikinya sekarang. Tidak mengeluh dan juga tidak mengaduh. Allah yang Maha Punya Rezeki. Maka mintalah kepadaNya rezeki yang berkah.

You Might Also Like

0 comments

Terimakasih dah dibaca. semoga bermanfaat :)

Flickr Images