catatan kehidupan
harapan
Nasehat
#49 Ujian berupa harta
Thursday, August 21, 2014
Entah
kenapa seringkali aku atau kita iri dengan orang-orang yang fasilitasnya lebih
baik daripada kita. Yang naik sepeda iri dengan yang naik motor. Yang naik
motor iri dengan yang naik mobil. Punya Hp yang Cuma bisa sms dan telpon iri
dengan orang yang telponnya lebih canggih.
Rasa
iri itulah yang seringkali memotivasi kita untuk mencari bagaimana rasanya
punya apa yang diirikan itu. Itulah yang sejatinya terus memenuhi pikiran kita.
Hingga tak jarang melupakan apa-apa yang sudah kita punya.
Kalau
kata orang, Orang itu kaya adalah orang punya banyak harta. Punya rumah mewah
dilengkapi kolam renang. Punya mobil sport yang sangat mahal. Punya baju dengan
mode terkini. Bisa beli ini dan itu dengan mudahnya. Tinggal gesek kartu disini
maka apa yang diinginkan pun bisa langsung dibawa pulang.
Itu
kalau kata orang. Kalau Rasul kita memberikan definisi yang lain. Kaya bukanlah
dilihat dari harta. Namun kaya dilihat dari seberapa kuat dia punya jiwa yang
tahan terhadap godaan dunia. Senantiasa bersyukur atas apa yang ada. Terus memberi walaupun dia yang mesti
memberi. Tidak meminta-minta namun dia lah yang menjadi teladan dalam memberi.
Tak
ayal kita sering melihat orang yang punya banyak harta namun Ia tak bahagia.
Hartanya membuat ia sibuk dengan pekerjaannya. Sehingga tidak punya waktu lagi
untuk bercengkrama dengan keluarga. Tapi ada juga mereka yang tak punya banyak
harta. Penghasilan mereka hanya cukup untuk makan sehari. Namun kebahagiaan
terlukis di rona wajah mereka. Karena syukurnya terhadap Yang Maha Kuasa.
Itulah
cobaan dunia berupa harta. Qarun pun tak luput dari kejamnya dunia. Ia merasa
hartanya lah yang menaikkan derajatnya. Namun Ia tak sadar justru hartanyalah
yang membuat ia jatuh kedalam jurang kekufuran. Harta memang tidak ada habisnya
membikin masalah.
Oh
dunia. Memang begitulah dirimu. Dirimu seperti wanita cantik namun sejatinya
kamu tua. dirimu seakan-akan dapat memberikan kesenangan namun hanya kesenangan
palsu dan bersifat sementara yang bisa kau berikan. Oh dunia. Entah sudah
berapa banyak orang yang sudah engkau kelabui.
Kalau
aku boleh iri. Aku kan iri kepada ia yang mampu memberi namun sejatinya Ia lah
yang butuh. Ia yang bersyukur atas apa yang dimilikinya sekarang. Tidak
mengeluh dan juga tidak mengaduh. Allah yang Maha Punya Rezeki. Maka mintalah
kepadaNya rezeki yang berkah.
0 comments
Terimakasih dah dibaca. semoga bermanfaat :)