Ramadhan
#46 Begitu cepatnya kita kehilangan ramadhan
Tuesday, July 29, 2014
“Allahu Akbar, Allahu Akbar”
Suara Bilal yang mengumandangkan azan maghrib. Segenap sebagian manusia yang ada di belahan bumi ini bersuka cita menyambutnya. Lantas melatunkan doa dan dzikir dengan khidmat sembari memakan sebuah kurma. Ya, kegiatan yang sangat khas ketika bulan ramadhan telah tiba.
Setelah melepaskan penat, menghilangkan lapar dan dahaga. Kemudian kaum muslimin bersiap-siap untuk menunaikan shalat isya dan tarawih. Hingga masjid pun kembali penuh sesak atas membludaknya kaum muslimin. Shaf yang rapi sembari mendengarkan suara imam yang sangat indah dan enak untuk di dengar. Tenggelam dalam lantunan ayat suci Al-qur’an yang tenang lagi menenangkan.
Bada tarawih. Sebagian kaum muslimin tetap terjaga. Mata mereka seakan tidak mengenal ngantuk. Mereka membuka mushaf Al-Qur’an kemudian membacanya. Dibantu dengan suara TOA masjid. Lantas masyarakat kaum muslimin di sekitar masjid tersebut ikut mendengarnya. Kembali tenggelam di dalam ketenangan yang dihasilkan dari membaca Al-Qur’an.
Masjid yang penuh sesak. Kotak amal yang penuh diisi oleh harta para jamaah. Bahkan artis-artis pun ikut merayakannya. Sebagian ada yang memanfaatkan momen ini untuk memantapkan diri berhijab. Menutup aurat demi atas titah TuhanNya. Sebagian lagi ada yang menyisihkan sebagian hartanya untuk kaum fakir miskin. Membahagiakan anak yatim.
Entah sudah berapa kali ramadhan telah ku lewati. Namun kesannya selalu mengenang di hati. suara takbir, tahmid, dan tahlil yang menggema di setiap surau masjid terus terngiang disaat kembali mengingat suasana ramadhan.
Tidak kalah dengan kaum tua, sebagian kaum muda pun memanfaatkan bulan ramadhan ini dengan sebaik-baiknya. Ada yang berusaha meningkatkan hapalan Qur’annya. Ada yang bertekad untuk memperbaiki dirinya. Ada yang kembali menemukan jati dirinya dan kembali ke jalan yang benar. Ada yang berhenti merokok. Bahkan ada yang putus dengan pacarnya.
Momen ramadhan memang luar biasa. Seakan-akan berada di tempat yang beralaskan putih, beratapkan putih. Keberadaanya merubah segalanya. Keberadaanya menjadi sebuah solusi bagi keterpurukan umat. Keberadaannya adalah jawaban tobat atas kaum muslimin.
Begitulah ramadhan. Sungguh indah memang. Walaupun kedatangannya begitu singkat.
Kini, ramadhan telah pergi lagi dari hadapan kita. Ramadhan tahun ini telah menuntaskan tugasnya. Selama satu bulan ia telah menggembleng kita untuk memperbaiki iman dan ketakwaan. Hadiah terbaik dari Tuhan untuk umat muslim itu kini akan berkelana kembali.
Kini, setelah ramadhan telah pergi dari hadapan kita. Apakah kita akan kembali seperti dulu? Apakah masjid-masjid akan kembali kehilangan jamaah-jamaahnya? Apakah suara takbir, tahlil, dan tahmid akan kembali berkurang kualitas dan kuantitasnya? Apakah para artis kemudian akan kembali membuka auratnya? Apakah semua itu akan terjadi lagi?
Ketika Rasulullah menyampaikan sabdanya. “Sesungguhnya Jibril ‘Alaihis salam datang kepadaku, dia berkata : “Barangsiapa yang mendapati bulan Ramadhan tapi tidak diampuni dosanya maka akan masuk neraka dan akan Allah jauhkan dia, katakan “Amin”, maka akupun mengucapkan Amin….” maka lantas apakah kita termasuk orang di “Amin” kan itu?
Lagi ketika Rasulullah menyampaikan sabdanya “Sebagian orang tidak mendapatkan apa-apa saat berpuasa di bulan ramadhan kecuali lapar dan haus” maka lantas apakah kita termasuk orang yang disabdakan itu?
Apakah kita akan kembali mengecewakan bulan ramadhan yang kemaren telah menghampiri kita?
Aku harap kita tidak menjawab “Ya”.
2 comments
Assalamu'alaykum. ini jejak saya. bukti aaya pernah menginjakkan kaki di blog antm. like your blog.
ReplyDeleteSip2.. Syukron :)
ReplyDeleteTerimakasih dah dibaca. semoga bermanfaat :)